Nasibmu oh Guru ......!!!
Hari ini saya kembali membaca sebuah keluh kesah sang "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa", di harian Banjarmasin Post (Jum'at, 26 Desember 2008) halaman 25, jelas terlihat bagaimana guru kontrak di Kab. Balangan dengan memelas mohon kepada sang Bupati agar gaji yang dijanjikan Rp. 400.000,-/bulan segera dibayarkan, eh ternyata gaji yang dijanjikan hanya disetujui Rp. 350.000/bulan, itupun pembayarannya telat.
Dua hari yang lalu, teman saya juga mengalami hal yang sama, ini mungkin lebih parah. Dia dimarahi oleh istrinya dirumah karena jatah susu anaknya dirumah habis dan belum bisa membelikan karena tidak punya uang.Bahkan dibalik kesedihannya itu dia sempat berpetuah kepad saya "Makanya ko nanti kalau dah nikah jangan buru-buru punya anak". Itulah nasib teman saya yang masih menjadi guru honorer, gaji yang kurang dari Rp. 400.000,-/bulan tentunya tidak cukup untuk biaya hidup 3 orang dalam 1 bulan, apalagi situasi perekonomian saat ini sangat sulit.
Saya tidak tahu persis berapa upah minimum di daerah Kab. Balangan dan Kota Banjarbaru, tetapi yang membuat kita semua sedih ternyata profesi guru sampai saat ini belum begitu diperhatikan oleh Pemerintah, bahkan kalau boleh saya bandingkan mungkin nasib buruh jauh lebih baik, mereka punya UU yang melindungi mereka atas hak-haknya, salah satunya adanya pembatasan upah minimal. Bahkan seringkali di TV kita lihat mereka berusaha memperjuangkan hak itu lewat aksi unjuk rasa.
Saya sebenarnya juga sudah menjadi guru lebih dari 4 tahun (masih honorer), dan saya juga tahu adanya UU bagi guru dan dosen, adanya PGRI sebagai induk organisasi guru, tetapi kenyataan dilapangan keadaannya juga masih belum banyak berubah, dalam situasi ini saya hanya berfikir bahwa mungkin yang dinamakan guru oleh Pemerintah itu adalah mereka-mereka yang bersetatus PNS. Mungkin memang tepat apa yang dikatakan Iwan Fals dalam bait lagunya tentang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.
Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri...
Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi ...
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati ...
Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri...
Oemar Bakri... profesor dokter insinyur pun jadi...
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri...
Dua hari yang lalu, teman saya juga mengalami hal yang sama, ini mungkin lebih parah. Dia dimarahi oleh istrinya dirumah karena jatah susu anaknya dirumah habis dan belum bisa membelikan karena tidak punya uang.Bahkan dibalik kesedihannya itu dia sempat berpetuah kepad saya "Makanya ko nanti kalau dah nikah jangan buru-buru punya anak". Itulah nasib teman saya yang masih menjadi guru honorer, gaji yang kurang dari Rp. 400.000,-/bulan tentunya tidak cukup untuk biaya hidup 3 orang dalam 1 bulan, apalagi situasi perekonomian saat ini sangat sulit.
Saya tidak tahu persis berapa upah minimum di daerah Kab. Balangan dan Kota Banjarbaru, tetapi yang membuat kita semua sedih ternyata profesi guru sampai saat ini belum begitu diperhatikan oleh Pemerintah, bahkan kalau boleh saya bandingkan mungkin nasib buruh jauh lebih baik, mereka punya UU yang melindungi mereka atas hak-haknya, salah satunya adanya pembatasan upah minimal. Bahkan seringkali di TV kita lihat mereka berusaha memperjuangkan hak itu lewat aksi unjuk rasa.
Saya sebenarnya juga sudah menjadi guru lebih dari 4 tahun (masih honorer), dan saya juga tahu adanya UU bagi guru dan dosen, adanya PGRI sebagai induk organisasi guru, tetapi kenyataan dilapangan keadaannya juga masih belum banyak berubah, dalam situasi ini saya hanya berfikir bahwa mungkin yang dinamakan guru oleh Pemerintah itu adalah mereka-mereka yang bersetatus PNS. Mungkin memang tepat apa yang dikatakan Iwan Fals dalam bait lagunya tentang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.
Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri...
Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi ...
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati ...
Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri...
Oemar Bakri... profesor dokter insinyur pun jadi...
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri...
Artikel Terkait :
eko_lee@yahoo.co.id
Posting Komentar